INDONESIA : Refleksi peristiwa berdarah Tanjung Priok 1984

By Yusron Zainuri, a survival of Tanjung Priok 1984 massacre

Peristiwa berdarah Tanjung priok 84 merupakan Tragedi kemanusiaan yg pernah ada. Hari ini 34 tahun yang lalu, gejolak politik melalui pemaksaan” sikap politik” penguasa pada saat itu telah menimbulkan reaksi masyarakat dari kampus hingga kekampung dari kaum intlektual hingga rakyat biasa.

Kondisi ini tentunya sangat di pahami oleh presiden saat itu, teror dan penangkapan para aktivis dan Mubaligh untuk membungkam sikap kritis terhadap negara tidak menyurutkan mereka .

Bahkan kemudian kritik pedas pada penguasa mengalir di jalanan dan lapangan pada saat Tablig Akbar. Adalah Jendral ABRI Beny Murdani yang saat itu menjadi orang yang sangat dekat dan di percaya oleh Pak Harto (Presiden Suharto) membuat grand skenario (analisa saya ini pernah saya paparkan dihadapan Bapak Try sutrisno) untuk menghabisi suara suara keras mengkritik dan menolak beberapa kebijakan pemerintah yang lebih cendrung menyudutkan umat Islam.

Maka dibuatlah pemuaraan gerakan dengan sekenario provokasi memancing kemarahan ” bersama” umat Islam. Dengan cara mengobrak abrik Mushola dan menyiram dinding Mushola itu dengan air got (comberan) dan pastinya perbuatan hal tersebut menimbulkan kemarahan. Apa lagi yang di ambil lokasi Mushola itu di daerah padat dengan mayoritas suku yang sangat panatik dengan label Islam, yaitu suku Banten dan Mushola itu terletak di gang 4 koja Mushola Assaadah namanya.

Atas kelakuan seorang oknum Babinsa tersebut, masyarakat sekitar dan pengurus mushola menyikapi dan mempertanyakan apa maksud dan tujuan Babinsa melakukan itu, namun yang terjadi .justru empat orang pengurus dan masyarakat sekitar ditangkap dan ditahan.

Dari kejadian itu, setelah di lakukan pendekatan secara persuasip untuk meminta di bebaskan mereka yang ditahan tidak membuahkan hasil, maka kemudian rakyat pada tanggal 12 SEPTEMBER 1984 mengambil sikap dengan cara mendemo kantor Kodim tempat empat orang itu di tahan.

Namun apa jawabannya saat itu kami dihadang dengan senjata laras panjang dan kami pun ditembaki hingga ratusan orang yg diduga meninggal saat itu dan puluhan orang harus dirawat di rumah sakit karena terjangan timah panas yang di luncurkan dari senjata senjata tentara yang sudah di skenariokan oleh Jenderal ABRI BENY MURDANI.

Ya hari ini kami mengenang 34 TAHUN TRAGEDI BERDARAH TANJUNG PRIOK 1984 dan berdoa buat para Syuhada semoga Allah ridho atas segala perjuangannya. Dan semoga pula peristiwa yang sangat menyakitkan itu tidak pernah terulang kembali.

The views shared in this article do not necessarily reflect that of the AHRC.

About the writer: Mr. Yusron Zainuri is a survival of Tanjung Priok Massacre 12 September 1984.

Document Type : Article
Document ID : AHRC-ART-017-2018
Countries : Indonesia,
Issues : Administration of justice, Democracy, Freedom of expression, Human rights defenders,